Perdagangan & Indsutri
Dukung Industri Sawit Nasional, Indonesia Siap Lawan Kampanye Hitam
Industri kelapa sawit Indonesia paling taat aturan, karena di setiap perkebunan sawit milik perusahaan selalu dilengkapi dengan peralatan kebakaran

Indo-nesia.co.id – Pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung industri sawit nasional dalam menghadapi persaingan dagang dengan minyak nabati global.
Sikap tersebut merupakan respons karena selama ini banyak kampanye negatif dari negara Barat terhadap industri sawit nasional. “Eropa ganggu minyak sawit, kita bisa ganggu bubuk susu mereka, karena itu juga mengganggu peternak susu sapi kita,” kata Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita di hadapan peserta 13th Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2018 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, kemarin. Indonesia merupakan salah satu produsen sawit terbesar di dunia di samping Malaysia.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksikan, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil /CPO) dan turunannya sampai akhir 2017 bisa mencapai 36,5 juta ton atau meningkat 15,8% dibandingkan realisasi tahun lalu 31,5 juta ton. Berdasarkan data Gapki, proyeksi tersebut berasal dari realisasi produksi sepanjang Januari-Agustus 2017 yang telah mencapai 21 juta ton, atau 66,66% dari capaian tahun lalu. Berbicara di sela-sela konferensi IPOC, Enggartiasto meyakini posisi Indonesia sangat kuat dalam perdagangan global.
Dia bahkan menyangsikan kekuatan Eropa bila menghadapi perlawanan Indonesia dalam hal perdagangan global. “Apa jadinya mereka jika kita tak ekspor sawit. Kalau kita setop ekspor minyak sawit sebulan saja, apa jadinya Eropa pada musim dingin? Kalau kita ditekan terus, lebih baik kita setop,” tegasnya. Enggartiasto menambahkan, pembelaan yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap industri sawit di kancah internasional memiliki dasar yang kuat.
Menurutnya, industri kelapa sawit Indonesia paling taat aturan, karena di setiap perkebunan sawit milik perusahaan selalu dilengkapi dengan peralatan kebakaran. Sawit juga merupakan industri yang melakukan kerja sama antara inti dan plasma yang paling taat, dibandingkan dengan sektor industri lain. Di samping itu, sawit juga telah berkembang dari skala kecil menjadi komoditas paling berkontribusi pada perekonomian Indonesia.
Atasi Ketimpangan
Di tempat yang sama, Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Sri Adiningsih mengatakan industri kelapa sawit mempunyai peran yang sangat penting dalam pemerataan pembangunan, terutama untuk mengatasi ketimpangan pembangunan di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Industri ini juga sejalan dengan tiga prioritas yang dicanangkan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan, mengurangi pengangguran, dan mengatasi ketimpangan pembangunan. “Pemerintah menyadari bahwa mengurangi kemiskinan melalui pengembangan industri kelapa sawit merupakan strategi pembangunan yang sangat penting,” kata Sri Adiningsih. Pada kesempatan itu, dia menyampaikan bahwa dalam beberapa tahun terakhir perekonomian dunia dalam situasi yang tidak terlalu baik. Banyak masalah terjadi dan harga CPO juga tertekan. Namun demikian, bila melihat perkembangan perekonomian Indonesia sejak 2012 hingga semester I/2017, ratarata pertumbuhan industri menunjukkan penurunan dari 6% menjadi 5%. Yang menarik menurutnya sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan secara bersama-sama mengalami tren yang positif, yaitu mencapai 5,12% pada semester I/2017, meningkat 3,25% sejak 2016, dan 3,77% untuk tahun 2015.
Di samping itu, tingkat pengangguran terus menurun mencapai 5,33% pada Februari 2017 dan 7,03 pada akhir 2016. Ini berarti tingkat pengangguran turun di atas 6% pada tahuntahun sebelumnya. Kontribusi sektor pertanian sebesar 32,9% untuk penyerapan tenaga kerja, sektor sawit menunjukkan tren semakin meningkat. Dari 3,4% pada 2012, naikmencapai4,7% pada 2015dan4,9% pada 2016.